Dilain sumber menjelaskan bahwa kondisi ekonomi Indonesia di tahun 2013 masih belum pasti.
Kondisi ekonomi eksternal dan sejumlah faktor internal membuat
ekonomi Indonesia tahun 2013 masih belum pasti. Dari sisi eksternal,
pelambatan ekonomi kawasan euro akan menurunkan permintaan dan harga
komoditas. Dari sisi internal, keengganan pemerintah menekan subsidi
bahan bakar minyak membuat pembangunan infrastruktur terhambat sehingga
biaya logistik membengkak.
Tantangan lain adalah masalah
perburuhan. Aktivis buruh masih akan menggelar unjuk rasa soal
kesejahteraan tahun depan yang tinggal lima hari lagi. Kalangan
pengusaha juga memberikan sinyal akan melaksanakan pemutusan hubungan
kerja (PHK) massal. PHK massal akan menyebabkan pengangguran, yang pada
gilirannya juga memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Ada empat ancaman yang menghadang pertumbuhan ekonomi nasional tahun
depan, yakni faktor politik, inflasi, krisis di kawasan euro, dan
hubungan industrial, dan tahun depan adalah tahun politik, yang akan
mengurangi gerak menteri ekonomi yang berasal dari partai politik.
Berkaca pada pengalaman tahun 2012, pada periode Januari-Oktober
nilai impor mencapai 159,18 miliar dollar AS atau meningkat 9,35 persen
jika dibandingkan dengan impor periode yang sama tahun sebelumnya.
Data Badan Pusat Statistik itu juga menyebutkan, ekspor Januari-Oktober
2012 mencapai 158,66 miliar dollar AS atau turun 6,22 persen
dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2011. Peningkatan impor
periode tersebut disebabkan oleh kenaikan impor gas bumi sebesar 109,5
persen menjadi 2,4 miliar dollar AS dan lonjakan impor nonminyak dan
gas bumi (migas) sebesar 11,1 persen menjadi 124,4 miliar dollar AS.
Sebagian besar impor berasal dari negara-negara ASEAN (21,35 persen),
China (19,23 persen), dan Jepang (15,54 persen).
Data neraca
pembayaran Bank Indonesia menyebutkan, neraca perdagangan migas masih
negatif pada triwulan III-2012. Pada triwulan III-2012, defisit neraca
perdagangan migas tercatat sebesar 1,0 miliar dollar AS, sedikit lebih
rendah dari defisit 1,2 miliar dollar AS pada triwulan sebelumnya.
Penyebabnya adalah konsumsi BBM bersubsidi yang naik sehingga impor
minyak masih relatif tinggi.
sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar