Investment thesis yang umum adalah pergerakan harga saham berbanding
lurus dengan kinerja perusahaan tersebut. Jika kinerja perusahaan bagus
(laba tinggi) biasa harga sahamnya naik. Dan sebaliknya, jika kinerja
memburuk (laba rendah atau bahkan rugi) biasanya harga saham turun. Itu
berdasarkan textbook. Namun dalam praktek sehari hari, dimana sering
terjadi disparitas antara teori dan praktek di lapangan, kondisi tidak
100% seperti diatas.
Secara umum harga saham biasa bergerak
akibat adanya demand dan supply. Jika permintaan tinggi (pembeli lebih
banyak dari penjual) harga saham memiliki kecenderungan naik. Dan jika
supply tinggi (penjual lebih banyak dari pembeli) maka biasa harga saham
turun. Demand dan supply sendiri dipengaruhi oleh HARAPAN akan kinerja
keuangan perusahaan. Jika investor memproyeksi kinerja sebuah perusahaan
akan bagus, maka permintaan atas saham tersebut akan tinggi yang
menyebabkan harga saham naik. Dan sebaliknya, jika kinerja diproyeksikan
turun, maka investor akan menjual saham tersebut yang menyebabkan harga
turun.
Sehingga dapat disimpulkan pergerakan harga saham
dipengaruhi oleh besarnya demand dan supply, dimana demand dan supply
ini dipengaruhi oleh harapan atas kinerja keuangan perusahaan tersebut.
Sehingga bisa saja terjadi sebuah saham memiliki PBV rendah namun harga
nya tidak naik karena kemungkinan investor memiliki harapan di masa
depan kinerja keuangan perusahaan tersebut tidak sebaik masa lalu. Atau
kemungkinan kedua masih sedikit investor yang sadar bahwa saham tersebut
saat ini memiliki PBV rendah.
Dan terakhir, saham murah dapat diartikan sudah undervalued (PBV, PER
rendah) dan memiliki prospek keuangan masa depan yang bagus (laba
tinggi). Sedangkan saham murahan dapat diartikan memiliki PBV atau PER
rendah karena memang masa depannya kurang cerah.
sumber : http://finance.detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar